Di Masa Pandemi, Pastikan Imunitas Anak Tetap Terjaga

Selasa, 27 Oktober 2020 - 11:03 WIB
loading...
Di Masa Pandemi, Pastikan...
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Masa pandemi menuntut orang tua untuk lebih ekstra memantau kesehatan si kecil agar tidak terinfeksi Covid-19. Bagaimana memastikan imunitas anak tetap terjaga?

Pada masa new normal ini, asupan nutrisi si kecil harus lebih diperhatikan. Nutrisi yang tepat dan seimbang dapat membantu menjaga daya tahan tubuh anak sehingga menghindarkan si kecil terkena penyakit. Tingkatkan daya tahan tubuh anak secara alami dengan memberikan ASI sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih, rajin mencuci tangan dengan benar untuk mencegah penularan penyakit, lengkapi imunisasi anak sesuai jadwal yang dianjurkan, tidur cukup setiap harinya, serta mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang. (Baca: Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan?)

“Apabila diperlukan, bawalah si kecil berkonsultasi kepada dokter spesialis anak untuk memastikan asupan vitaminnya sudah terpenuhi,” kata dr Cynthia Rindang Kusumaningtyas SpA dari RS Pondok Indah – Puri Indah. Secara umum, multivitamin dan mineral atau suplemen peningkat daya tahan tubuh tidak dibutuhkan pada anak yang tumbuh secara normal dan mau mengonsumsi makanan yang bervariasi. Sumber alami terbaik dari berbagai nutrien adalah makanan yang anak konsumsi sendiri.

Pada umumnya makanan anak yang bervariasi termasuk kudapannya sudah dapat memenuhi kebutuhan harian anak, termasuk saat anak mengonsumsi berbagai makanan yang terfortifikasi seperti sereal, susu, dan jus. Dr Cynthia mengingatkan, pemberian vitamin yang berlebihan justru berpotensi menimbulkan toksisitas.

Ia menegaskan, agar orang tua lebih ekstra menjaga anak di kala pandemi. Mengingat banyak sekali orang yang terinfeksi virus Covid-19 namun tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Orang tersebut tetap dapat menularkan virus melalui percikan/droplets saluran napas dari mulut ataupun hidungnya saat ia sedang berbicara, tertawa, bersin, atau batuk. Percikan yang mengandung virus dapat terhirup oleh orang lain yang berjarak 1–2 meter di sekitarnya. Semakin lama dan semakin dekat jarak anak saat berinteraksi dengan orang lain, akan meningkatkan risiko anak terinfeksi.

Apalagi bila anak berada di dalam ruangan tertutup karena lebih sulit menjaga jarak dengan orang lain di sekitarnya. Selain itu, ventilasi udara di dalam ruangan tertutup juga tidak sebaik pertukaran udara di ruangan terbuka. (Baca juga: Bantuan Kuota Internet Tersendat, Perhimpunan Guru: Kemendikbud Tak Serius)

Khusus bagi anak balita, menurut dr Cynthia akan sangat sulit untuk memberikan pengertian agar mereka tetap diam di satu tempat dan menjaga jarak minimal dengan orang lain di sekitarnya. Hal yang juga akan sukar dilakukan adalah melarang anak untuk tidak menyentuh berbagai barang di sekitarnya karena kelompok usia ini memang sedang senang melakukan eksplorasi berbagai hal baru yang ditemuinya.

“Maka itu, tetap berada di rumah selama masa pandemi ini merupakan rekomendasi utama dalam era new normal terutama bagi kelompok usia anak,” ujarnya. Dia pun mengingatkan agar tidak melewatkan imunisasi sehingga anak terlindungi dari berbagai penyakit menular lain selain Covid-19.

Semua vaksin yang tercakup dalam jadwal imunisasi boleh diberikan, terutama imunisasi dasar pada 18 bulan pertama kehidupan anak. Jika kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan sesuai jadwal, maka imunisasi boleh ditunda dengan anjuran tidak lebih dari satu bulan dari jadwal.

Bagi anak yang batuk dan pilek dengan atau tanpa demam, ini merupakan tanda adanya infeksi saluran napas yang dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman, termasuk Covid-19. Saat anak masih tampak aktif dan masih mau makan/minum, maka observasi kondisi anak di rumah saja terlebih dahulu.

Sementara itu, orang tua bisa melakukan beberapa hal agar anak menjadi lebih nyaman. Seperti memberi asupan cairan lebih banyak untuk membuat dahak menjadi lebih encer sehingga mudah dikeluarkan, membuat suhu ruangan cukup hangat dan lembap agar anak bisa bernapas lebih lega, dan menjemur anak di bawah sinar matahari. (Lihat videonya: Pemprov DKI Putuskan Perpanjang Masa PSBB Transisi)

Penggunaan larutan garam steril tetes/semprot serta balsam bayi juga dapat membantu membuka hidung yang tersumbat. Orang tua juga bisa memberikan parasetamol ataupun mengompres hangat anak untuk membantu menurunkan suhu.

Bila demam berlangsung lebih dari tiga hari, anak mulai tampak lemas dan sulit diberi asupan, mulai terlihat sesak napas, atau bibirnya kebiruan, maka sebaiknya anak dibawa ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. (Sri Noviarni)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1660 seconds (0.1#10.140)